9 Jan 2009

Pertanyaan Yang Merisaukan

Selama setahun belakangan ini, ada pertanyaan yang selalu merisaukan ketika orang lontarkan kepada saya, “apa yang sedang kamu lakukan?” atau “sekarang sibuk apa?.” Saya selalu merasa tidak nyaman dan risau ketika pertanyaan itu ditanyakan, karena saya merasa pertanyaan itu menelanjangi eksistensi saya sebagai manusia dimana didalamnya merekat erat panggilan, tujuan dan pertanggungjawaban hidup. Selama ini tentu saja saya selalu berhasil lolos dengan memberi jawaban-jawaban yang ntah orang yang bertanya sadar atau tidak sesungguhnya adalah sebuah jawaban yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan apa yang mereka tanyakan, sebuah jawaban yang menguburkan kata yang harusnya begitu penting dibalik kata-kata superficial.

Saya sadar sungguh ketika menulis ini, seperti kata banyak para penulis, pena bisa menjadi pedang yang memberi pembelaan diri tapi bisa juga sekaligus menjadi senjata yang mengiris tangan yang menghunusnya, karena itu dalam pergumulan yang berat saya menuliskan pergumulan ini, dengan hati-hati.

“Apa yang sedang saya lakukan?” Setelah berbulan-bulan dengan berbagai defense yang saya pakai, tidak jarang juga berusaha berlari dan kadang-kadang terengah-engah karena terlalu lama dan lelah, saya sampai pada suatu titik yang diawali dengan kesadaran “saya tidak tahu,” yang membawa saya kepada pemikiran “mungkinkah saya sedang tersesat?” Saya tidak tahu apakah anda cukup mengerti apa yang saya maksudkan, tetapi pertanyaan dan jawaban itu menyangkut sesuatu yang paling mendasar dalam hidup: mengapa saya ada? Dan sebenarnya sang Pencipta menginginkan saya menjadi apa?

Dengan sedikit kecurigaan saya berpikir bahwa anda mungkin berpikir, “Ha? Apakah mungkin dia tersesat? Masakan pertanyaan yang seharusnya begitu mudah apalagi dengan latar belakarang teologisnya dia tidak bisa jawab?” dan kemudian anda berkata, “kasian sekali dia.”

Ya, mungkin saya perlu dikasihani, tetapi mungkin juga semua kita ini sesungguhnya adalah orang yang perlu dikasihani. Saya sering memperhatikan pemandangan yang kadang-kadang begitu fenomenal tentang seseorang yang kelihatan begitu yakin, yakin bahwa dia benar, yakin bahwa apa yang ia lakukan adalah kebenaran, tidak sedikit menjadi ekstrim karena menganggap semua orang salah dalam jalurnya. Beberapa waktu yang lalu, saya sangat tersentak ketika sahabat saya mengatakan bahwa seseorang yang kelihatan begitu rohani sesungguhnya bisa menjadi begitu manipulatif. Kelihatannya apa yang dilakukan, dikerjakan adalah benar, tetapi sebenarnya semua itu menyangkut konflik kepentingan pribadi/golongan yang mengatasnamakan kebenaran, keinginan meraih popularitas, keinginan untuk mendapatkan dukungan, pujian, dan usaha untuk mempertahankan supaya diri tetap exist (sebab bagaimana jadinya kalau diri sudah tidak bisa lagi exist?). Ravi Zacharias pernah berkata, “Banyak dari apa yang dianggap pesan Kristen hanyalah tidak lebih daripada busa sabun yang menggunakan nama Allah-tanpa akal sehat dan tanpa mempertimbangkan orang lain, dan caranya mengekploitasi orang lain, tidak menunjukkan perasaan.” Apakah saya demikian? Anda?

Poin dari tulisan saya ini adalah apakah saya selama ini sudah cukup jujur dalam mengenal dan menjawab pertanyaan yang paling mendasar dalam hidup ini atau malah lebih sering menyembunyikan pergumulan yang demikian di balik tedeng aling-aling bahasa-bahasa rohani, termasuk argumen filsafat yang ramai diembel-embeli kata-kata yang membingungkan supaya berkesan hebat, daripada mengakui kepedihan saya, kebingungan dan keragu-raguan, termasuk kebutuhan-kebutuhan yang terdalam dalam pasar kehidupan ini. Berhentilah menyemburkan kata-kata yang arogan dengan gaya yang maha tahu dan jawablah dengan jujur, “Apakah yang sedang anda lakukan?”

2 komentar:

Thor, Si Pemimpi mengatakan...

Hallo Ibu Penginjil..

:-(
Cici menulis ini sambil mencucurkan air mata ya? Kok bisa-bisanya saya terhanyut dengan perasaan cici di tulisan ini :-D

Ya, terkadang memang ada saat dimana kita benar2 gusar & kebingungan. Saya juga pernah merasakannya, malahan cici tau ayat yang tidak pernah aku lupakan & paling berkesan seumur hidupku? Biasa orang - orang suka dengan ayat2 malaikat akan menuntun di jalanmu, Allah mengasihimu, Allah menyerahkan Anak-Nya untuk menebus dosamu. Tapi ini ayat yang tidak akan pernah kulupakan & setiap hari ku ingat. Ini saat aku merasakan diriku paling tidak layak untuk melayani Tuhan :

YESAYA
1:11"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.1:12Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?1:13Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.1:14Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.1:15Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.


Aneh? Menurut saya tidak juga. Justru ayat ini yang setiap hari menghiburku & mengingatkan siapa aku sebenarnya.

Jadi intinya, menurut saya(boleh tidak setuju, mana tau saya juga salah) setiap orang punya saat di mana orang benar2 menggumulkan "apa yang terjadi", "mau kemana", "sebenarnya Tuhan mau apa untuk saya?", "siapa saya", dlsb?

Spt pesan ci les di blog saya. Kalau komen ini tidak bermutu, saya tidak keberatan kalau tidak di approve.


Soli Deo Gloria,

Terry Herianta T.

Tari mengatakan...

Sambil nangis? ya ngga lah, hasil dari perenungan aja.
Kamu bilang ada saat2 dimana menggumulkan hal2 itu, tapi bagi saya itu pergumulan yang tidak pernah boleh berhenti, dimana aja, kapan aja dan dalam konteks apa aja.