14 Nov 2008

Ketika Tujuan Belajar Menjadi Beralih

Dalam Event KKR Bandung 2008 yang lalu, ketika sedang waktu jeda menunggu acara berikutnya dimulai, saya yang biasanya tugas di lapangan parkir, hari itu menunggu dengan melihat-lihat buku di stan buku. Tidak lama kemudian seorang bule yang kelihatan masih muda datang ke stan buku dan ikutan ngeliat. Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara dengannya, dan akhirnya saya memulai percakapan dengan bertanya apakah dia akan membeli buku. Akhirnya percakapan yang menarik terjadi. Ada beberapa pernyataannya yang menjadi pukulan telak buat saya dan mengusik sebagian sisi dari pertanyaan-pertanyaan saya selama ini.

Bule itu ternyata adalah seorang missionary dari Inggris yang datang ke Indo untuk mengajar selama 2 minggu. So energic, masih muda, jauh-jauh dari Inggris ke Indo untuk mengajar dan setelah itu akan ke beberapa negara lain untuk melakukan penginjilan. Dia cerita bahwa dulu dia sempat masuk Bible College selama dua tahun, namun setelah itu keluar karena dia mendapati banyak teman-teman kuliahnya mencatat dengan baik di dalam kelas, belajar mati-matian hanya untuk mendapat nilai yang baik dari professornya, tapi diajak untuk melayani, penginjilan tidak mau dengan alasan studi tidak mau terganggu. Pada umumnya para mahasiswa hanya ingin lulus mendapat ijazah dan masuk gereja yang besar, dapat salary yang besar dan menjadi orang terhormat. Lalu kalau begitu untuk apa studi di seminary? Setelah melalui suatu pergumulan yang panjang, akhirnya dia memutuskan keluar, belajar sendiri dan mempersiapkan diri untuk menjadi missionary. Ketika dia cerita, saya terkekeh-kekeh, karena sebenarnya saya mendapati kejujuran dan kebenaran di dalam ceritanya. Saya bilang bahwa hal yang sama sebenarnya juga terjadi di Indonesia. Seminary seringkali tidak ada bedanya dengan universitas lain, sekedar sebagai tempat studi, yang membedakannya dengan yang lain adalah hanya karena seminary belajar teologi, selebihnya mahasiswa belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai, lulus dan masuk gereja (tidak sedikit berharap masuk gereja besar), menjadi orang terhormat, punya kehidupan yang mapan and that’s all.

Mengapa ini menjadi penting untuk saya renungkan dan tulis? Karena beberapa waktu terakhir ini saya banyak berpikir soal studi dan mengapa saya ingin studi. Sebenarnya apa motivasi saya yang terdalam? St. Bernard Of Clairvaux pernah berkata bahwa ada banyak orang yang mencari pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri dan itu adalah keingintahuan. Ada orang lainnya yang mencari pengetahuan dengan tujuan agar mereka bisa dikenal, itu adalah keangkuhan. Orang lainnya lagi mencari pengetahuan dengan tujuan menjualnya, itu tidak terhormat. Tetapi ada lagi yang mencari pengetahuan agar bisa meneguhkan orang lain : itulah kasih (caritas). Sebenarnya pernyataan ini menjadi terkait dengan semua hal di dalam hidup kita, misalnya mengapa kita ingin punya uang yang banyak? Mengapa ingin jabatan? Mengapa ingin sukses?

Hal lain yang menyentuh saya adalah dia melihat-lihat buku di stan buku karena mau membelinya untuk dia sumbangkan ke seminary yang akan dia ajar, karena seminary tersebut sedang di tempat pengungsian karena mereka berkali-kali di demo masyarakat sekitar, sehingga mereka tidak punya buku sama sekali. Saya tanya, “how many books are you going to buy?” Jawabnya, sebanyak uang yang saya punya. Wuiih! Saya tersenyum, dalam hati saya kagum, hati saya jadi terusik. Pertemuan dan pembicaraan itu hanya sebentar, tapi meninggalkan kesan yang mendalam.

Tidak ada komentar: